Home
▼
Kamis, 26 Mei 2016
Tafsir Jalalain Surat Ali-Imran Ayat 38-44 (Kabar Gembira Pada Nabi Zakariya)
Masjid Al-Muhajirin Tjitra Mas Residence, 20 Maret 2016. Oleh Ustadz Muh. Khamdan, MA.Hum
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (٣٨)
Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya, dia berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa".
Pada waktu itu, setelah melihat pertumbuhan jasmani dan rohani Maryam, anak yang dinazarkan oleh ibunya itu, sampai ketika ditanya dari mana dia mendapat makanan, dia telah memberikan jawaban yang demikian penuh iman, padahal dia masih kecil, tersadarlah Zakaria akan dirinya. Mungkin kalau dia memohon pula dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, doanyapun akan dikabulkan, sebagaimana doa isteri Imran telah dikabulkan.
فَنَادَتْهُ الْمَلائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (٣٩)
Kemudian malaikat memanggil Nabi Zakariya, ketika dia berdiri melaksanakan shalat di mihrab (katanya), "Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi panutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang saleh".
Yahya adalah kalimat yang diarabkan dari bahasa Ibrani Yohana, arti keduanya sama, yaitu hidup. Di dalam Surat Maryam kelak disebutkan bahwa sebelum anak itu, belum ada orang yang bernama Yahya atau Yohana. Anak itu hidupnya akan sangat baik dan bahagia. Lalu Malaikat itu menerangkan keutamaan anak yang bernama Yahya, dengan memberikan pengakuan dan kesaksian bahwa memang Isa Al-Masih lahir karena kalimat Allah “kun”, maka lahirlah.
Jadi Nabi Yahya adalah Nabi yang dilantik menjadi Rasul pada usia balita, serta terjauhkan dari rayuan perempuan.
قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ (٤٠)
Nabi Zakariya berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak, sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?". Allah berfirman, "Demikianlah, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki."
Nabi Zakariya percaya apabila Tuhan telah menjanjikan, itu pasti terjadi. Tetapi bagaimana jalannya Sebab hamba ini telah tua dan isteri hamba mandul. Nabi Zakariya dan istri kalau sesuai jalan yang biasa tidak mungkin mendapat anak lagi. Kalau laki-laki telah tua (usianya ketika itu menurut riwayat, telah lebih 90 tahun, dan lain riwayat 120 tahun). Dalam usia yang tua, mani seorang laki¬-laki tidak lagi mempunyai bibit yang akan jadi anak. Istri Nabi Zakariya waktu itu diriwayatkan lebih 80 tahun, sehingga tidak mungkin akan dapat anak. Inilah yang dicengangkan oleh Zakaria.
قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ إِلا رَمْزًا وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ (٤١
Zakariya berkata, "Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, adalah bahwa kamu tidak dapat berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari".
Tuhan memerintahkan Nabi Zakaria berpuasa lamanya tiga hari. Selain dari puasa makan dan minuet, puasa pula dari bercakap-cakap dengan manusia. Sehingga kalau hendak bertegur sapa dengan manusia, cukup dengan isyarat saja. Tetapi selama tiga hari itu pula hendaklah dipenuhinya dengan mengingat Tuhan (zikir) sebanyak-banyaknya, dan bertasbih atau sembahyang petang dan pagi. Bercakap dengan manusia hentikan dan gantidengan menyebut nama Tuhan. Kalau menurut Injil Lukas, lidahnya dikelukan beberapa hari lamanya sehingga tidak dapat bertutur apa-apa, sebagai hukuman sebab dia masih saja tidak percaya akan janji Tuhan itu.
Tetapi dari wahyu yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w. kita telah mendapat khabar pasti bahwa ini bukanlah hukuman Tuhan kepada Zakaria, tetapi anjuran berpuasa, termasuk berpuasa bercakap tiga hari, Sebab mengelu-elukan nikmat Tuhan yang akan beliau terima itu.
Permohonan Zakaria telah terkabul dan Maryampun telah mulai besar dalam asuhan beliau. Sekarang Tuhan mengisahkan lagi kepada RasulNya Muhammad s.a.w tentang kelanjutan wahyu kepada Maryam.
Ayat 42-44: Ucapan malaikat kepada Maryam, serta bukti kebenaran wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (٤٢) يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ (٤٣) ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ (٤٤
Dan (ingatlah) ketika malaikat berkata: "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu di atas segala wanita di dunia (42). Wahai Maryam! Taatilah selalu Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku' (43). Itulah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), padahal kamu tidak hadir bersama mereka, ketika mereka melemparkan anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. dan kamu tidak hadir bersama mereka ketika mereka bertengkar (44).
Ayat ini ialah melanjutkan ceritera tentang pertumbuhan diri Maryam yang di kala kecilnya itu dalam asuhan Zakaria. Dia telah mulai besar dan akan dewasa. Maka diingatkan Tuhanlah kepadanya bahwa dia telah menjadi pilihan Tuhan, termasuk or¬ang-orang yang terpilih seperti Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan Rasul dan Nabi-nabi yang lain tadi, dan nabi kita Muhammad s.a.w. Datangnya Malaikat kepada Maryam jadi bukti bahwa Maryam itupun musthafiyah di sisi Allah.
Sebab itu beberapa ulama Islam, diantaranya Ibnu Hazmin al-Andalusi berpendapat bahwa Maryam itu nabiyah. Menurut Ibnu Hazmin, perempuan-perempuan yang jadi nabiyah ialah Hawa, Sarah isteri Ibrahim, Hajar isteri Ibrahim, Ibu Nabi Musa, dan Asiah isteri Fir'aun, itu saja perempuan-perempuan yang jadi nabiyah. Abul Hasan al-Asy'ari berkata: "Di kalangan perempuan ada beberapa nabiyah." Ibnu Abdil Barr berkata: "banyak fuqaha berpendapat bahwa di kalangan perempuan ada nabiyah." As-Suhaili pun berkata demikian.
Tentang Maryam ini al-Qurthubi berkata: "yang shahih ialah Maryam itu seorang nabiyah, karena malaikat menyampaikan wahyu kepadanya, mengandung perintah Allah dan perkhabaran dan khabar selamat. Sebab itu dia adalah nabiyah. Cuma sekedar nabiyah, bukan rasul sebab sudah ditegaskan bahwa yang menjadi rasul menyampaikan syari'at (balagh, tabligh) hanya rasul yang laki-laki.
Dengan keterangan seperti ini Tuhan Allah menjelaskan bahwasanya berita-berita mi, baik berita nazar isteri Imran, atau pengasuhan Zakaria atas Maryam, atau doa Zakaria agar diberi anak, semuanya ini adalah berita ghaib, tidak ada diterima dari orang lain, tetapi diwahyukan langsung kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Di ayat ini ditekankan lagi peringatan Tuhan akan kesucian Maryam, yang langsung diberikan kepada Nabi Muhammad s.a.w. sampai juga perkara adanya pegawai-pegawai rumah Allah membuang undi tentang siapa yang akan memeliharanya , sampai jatuh undian kepada Zakaria. Dikatakan bahwa engkau, wahai utusanKu tidak ada hadir di dalam perundingan itu dan tidak ada di dekat mereka seketika mereka berbantahan, berebut Maryam karena sayang kepada anak itu. Ini adalah wahyu langsung kepada Muhammad, seperti yang lainpun wahyu langsung juga.
Isa Almasih sendiripun - menurut kitab-kitab orang Kristen yang ada tidak diberikan wahyu yang sampai begini mulia atas pembelaan ibu beliau. Dan keempat pengarang Injil yang dipercayai orang Kristen dengan resmipun, yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohannes, tidak pula menerima berita ini, sehingga tidak ada tertulis di dalam keempat Injil itu, pembelaan atas kesucian Maryam yang sampai demikian tingginya.
Inilah yang menyebabkan Najasyi (Negus) Ashhamah di negeri Habsyi titik air-matanya mendengar ayat-ayat Surat Maryam yang dibacakan oleh sahabat Rasulullah s.a.w Ja'far bin Abu Thalib, sehingga Raja Besar Abissinia itu langsung memeluk Islam. Dan di zaman modern ini, pada tahun 1951 seorang pendeta besar Katholik di Amerika (New York), Uskup Besar Shean, mengakui dengan segala kerendahan hati kebesaran al-Qur'an tentang pembelaan atas diri Maryam yang suci itu adanya.
Pembelaan di dalam Surat ali Imran ini, ketika menghadapi utusan dari Najran, ialah melengkapi pembelaan dalam Surat Maryam yang diturunkan terlebih dahulu di Mekah, yang dibaca oleh Ja'far bin Abu Thalib di hadapan Begus (Najasyi) Ashhamah, ketika dia menghadap raja itu