Home

Jumat, 19 Agustus 2016

Ulang Tahun

Berbagi Bubur Merah Putih
Masih selalu muncul pertanyaan, bagaimana hukum memperingati ulang tahun. Bagaimana hubungannya dalam agama dan tradisi budaya, serta makna perenungan filosofisnya.
Dalam Surat Maryam ayat 33, menyebutkan "Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Tentu ayat ini menjadi refleksi berfikir, siapa yang berdoa, mengapa doa itu diucapkan, dan apa maksud dari doa itu.
Isa Al-Masih memanjatkan doa tersebut setelah Ibu Maryam dikepung dengan berbagai tuduhan. Tentu doa ini menunjukkan bahwa setiap manusia akan melewati 3 fase, yaitu kelahiran, kematian, dan kebangkitan. Semuanya diharapkan selalu dalam keadaan sejahtera.
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Bulughul Maram pada hadis 698 menjelaskan bahwa Abu Qatadah meriwayatkan. Rasulullah ditanya tentang puasa hari senin kamis, maka dijawablah oleh beliau karena senin adalah hari kelahiranku, hari aku diutus, dan hari diturunkan Al-Qur'an. Apa artinya? Rasulullah berpuasa di hari kelahirannya, Senin. Mengenang hari kelahiran maka teringat pula bagaimana orangtua di kampung-kampung selalu membuat hidangan bubur merah putih. Hidangan yang terbuat dari beras, santan, daun pandan wangi, dan gula merah.
Dikisahkan bahwa Nabi Ishaq menantikan anak kembarnya lahir. Di dalam kandungan istrinya itu berebutlah dua bayi untuk lahir duluan, Esau dan Yakqub. Esau berkarakter keras maka ngotot lahir duluan, sedangkan Yakqub yang lembut mengalah untuk lahir belakangan karena kasihan pada ibu yang sudah kepayahan. Berkembang di masyarakat bahwa anak kembar yang lahir belakangan adalah kakak, ittiba' atau mengikuti status kelahiran Nabi Yakqub.
Karakter tegas dan kuat menjadikan Esau sebagai pemburu, sedangkan Yakqub bagian memasak dan merawat pertanian. Suatu hari, Esau berburu dengan tanpa hasil dan sangat lapar. Dihampirilah Yakqub yang sedang memasak bubur kacang merah untuk berbagi makan dengan Esau. Maka diajukanlah syarat oleh Nabi Yakqub sebelum Esau diijinkan makan, yaitu dikembalikannya status kesulungan itu pada Yakqub. Esau menganggap sepele sehingga menyetujui.
Pada hari lainnya, Nabi Ishaq ingin memberikan berkat pada anak-anaknya. Berkah terbaik dan terbesar tentu diberikan pada anak sulung. Sesuai perjanjian yang sudah dilakukan antara Yakqub dan Esau, maka berkat Nabi Ishaq diberikan pada Yakqub alias Israel. Inilah kemudian menjadi nenek moyang sebuah bangsa Bani Israel. Apa hubungannya dengan bubur merah dalam hari kelahiran? Ulama NUsantara mengemas sebuah tradisi bubur merah sesuai yang disuguhkan Nabi Yakqub pada saudaranya, Esau. Bubur merah putih menjadi doa bil isyaroh bahwa anak-anak akan hidup rukun.
Terdapat makna filosofis dab perenungan budaya dari tradisi bubur merah putih.
Pertama, bubur adalah hidangan sederhana untuk berbagi. Sederhana bahannya sekaligus sederhana membuatnya. Hidup perlu mengedepankan laku kesederhanaan namun tetap ikhlas berbagi. Pada posisi ini tentu berkesesuaian bahwa berbagi atau shodaqoh maka dapat menghilangkan musibah. Hidup sederhana jauh dari musibah.
Kedua, bubur itu lembut yang sesuai semua tingkatan usia, baik bayi ataupun lanjut usia. Hidup mesti dengan laku yang lembut baik pada anak maupun orang tua, sebagaimana karakter Nabi Yakqub
Ketiga, bubur merah putih adalah pelambang darah merah milik ibu dan darah putih milik ayah. Inilah simbol pngenalan ovum sel telur yang lebih besar dengan warna merah, dan sperma yang lebih kecil dengan warna putih. Seseorang diharapkan selalu mengingat asal muasal "ilmu sangkan" dari hasil perjuangan serta pengorbanan ibu dan ayah, yang berawal dari air mani dan ovum sel telur.
Keempat, bubur merah putih adalah simbolisasi nasionalisme cinta tanah air. Merah putih adalah politik identitas yang tidak dapat terpisahkan dari Sriwijaya, Singosari, Majapahit, dan Mataram. Identitas merah putih mewujudkan kecintaan tanah dengan warna merah dan air dengan warna putih. Jauh sebelum NKRI menggunakan identitas merah putih, ulama Nusantara sudah menanamkan jati diri merah putih dan cinta tanah air (hubbul wathon minal iman) melalui simbolisasi bubur.
Memperhatikan hubungan antara doa Isa Al-Masih, puasanya Rasulullah di hari Senin, kisah kelahiran Yakqub dan Esau, serta tradisi bubur merah putih, setidaknya menyiratkan kearifan lokal ulama NUsantara atas agama dalam budaya.
Bagi yang ulang tahun didoakan senantiasa sejahtera dengan berbagi rasa syukur melalui shodaqoh hidangan. bagi yang ulang tahun senantiasa mengambil pelajaran atas peristiwa kelahirannya sebagaimana dilakukan Rasulullah dengan puasa di hari kelahirannya. Bagi yang ulang tahun senantiasa ingat asal usulnya, ingat ibu ayahnya, ingat laku-laku kehidupan, dan yang terpenting membangun rasa kecintaan pada tanah air, hubbul wathon minal iman.
Selamat ulang tahun bagi semuanya, baik yang berulang tahun kemarin, hari ini, dan hari esok. Semoga senantiasa dalam kesejahteraan, dapat berbagi dengan sesama, dapat berbakti pada orang tua, dapat mencintai tanah airnya dalam semangat nasionalisme.. Cukuplah bubur merah putih menjadi pembelajaran bagi kita dari para leluhur yang mewariskan budaya agungnya.
Salam,
Muh. Khamdan
Depok, 13 Juli 2016, pukul 11:45 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya