Home
▼
Jumat, 19 Agustus 2016
Memakna Reunian
Lebaran dan reuni, seperti dua sisi mata uang. Lebaran menjadi momentum waktu untuk reunian, dan reunian serasa sangat tepat diadakan di hari-hari lebaran.
Bersatu kembali sosok-sosok yang pernah berkumpul di masa lalu, atau ikatan sejarah dengan masa yang telah terlampaui bersama.
Mungkin bagi sebagian orang, reunian dianggap sekadar forum ngobrol-ngobrol yang tiada guna. Justru di sini perlu memakna ulang bahwa reunian adalah desain silaturrahim berjamaah. Bayangkan jika harus satu persatu yang didatangi untuk silaturrahim, selain menguras tenaga dan biaya, belum lagi waktu yang sangat banyak untuk diluangkan. Tentunya ini tidak efektif bagi yang cuti lebarannya ditolak oleh birokrasi saat ini.
Obrolan yang berkisar tentang profesi saat ini, sering dilakukan dengan gurauan sambil mengenang kelakuan masa lalu. Zaman sekolah, zaman berorganisasi, dan zaman sepergaulan adalah identitas yang dapat menyatukan acara reunian tersebut.
Tak heran, jika pada akhirnya ketemu antara lurah dengan aparat desa yang lain maka pembahasan tanpa sengaja mengarah ke dana 1 milyar desa. Tak heran jika yang berprofesi arsitek, teknik sipil, suplier bahan bangunan, desain interior, sampai mandor tukang las pada akhirny dapat berkolaborasi dari obrolan reunian. Bahkan yang sesama pegawai pemerintah, pembahasan pun tanpa skenario justru fokus pada remun ke-13 dan larangan cuti. Inilah hakikat reunian sebagai bentuk silaturrahim yang dapat memperlancar rizqi sekaligus menguatkan potensi sumber ekonomi baru.
Sukses tidak harus dimaknai dengan melimpahnya kekayaan. Masing-masing orang memiliki potensi kesuksesan yang dapat dikembangkan maupun dapat mengembangkan potensi yang lain. Bagi yang sudah berhasil menjadi pengusaha tentu tidak bisa dianggap lebih sukses atau kurang sukses daripada yang menjadi abdi negara. Bagi yang memiliki anak 2 tentu tidak bisa dianggap lebih sukses atau kurang sukses daripada yang memiliki istri 2. Bagi yang belum menikah tentu tidak bisa dianggap lebih sukses atau kurang sukses daripada yang sudah bercerai. Kesuksesan seseorang adalah keberhasilannya untuk hadir kembali menyatukan memori dan kenangan masa lalu dalam reuni.
Reuni adalah desain untuk mengurangi rasa rendah diri, sekaligus pembelajaran untuk mengurangi rasa sombong. Reuni menjadi bermakna kalau masing-masing pelaku sadar darimana dulu asalnya, bagaimana kini jadinya, dan bagaimana mengelola kondisi saat ini ke depan. Reuni tiap tahun adalah momentum evaluasi bersama, masih adakah yang butuh bantuan? Masih bisakah membangun kekuatan jaringan? Masih mungkinkah menjadi diaspora perdamaian dan pemberdayaan di segala lini kehidupan.
Salam reuni kawan SD, SMP, SMA, Kuliah, Organisasi, Jam'iyah, Angkringan, atau kawan pencarian cinta di masa silam.
Mayong Jepara, 9 Juli 2016, pukul 17:30 WIB.
4 Syawal 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya