Home

Jumat, 19 Agustus 2016

Halal Bi Halal

Maaf Lahir Batin
Jika ditanyakn pada orang Arab, tentu mereka bingung sendiri dengan istilah ini, Halal Bi Halal. Bingung karena struktur bahasa yang digunakan memang tidak benar alias Slang.
Pada 1948, di kala NKRI sdg drongrong pemberontakan atas nama khilafah DI/TII dan PKI Madiun, Pak Karno memanggil KH. Wahab Chasbullah ke istana untuk memberi saran atas pertengkaran ideologis dan situasi politik yg tidak sehat. Kyai Wahab memberikn saran utk mngadakn silaturrahim, trlebih bertepatan dg Hari Raya Idul Fitri. Politik yg mmanas dan tidak sehat it krn saling menyalahkn, dan itu dosa. Dosa it haram. Supaya tidak punya dosa, maka harus dihalalkan. Dalam acara tersebut semua bertemu dan saling memaafkan, saling menghalalkan, saling mengikhlaskan. Oleh karenanya, acara silaturrahim nasional itu diganti dengan istilah "halal bi halal" dg saling bersalaman. Tidaklah dua muslim yg brtemu lalu berjabat tangan mlainkan pasti diampuni keduany sblm berpisah.
Lebaran Ketupat
Halal bi Halal yg kmudian dilakukan oleh masyarakat, seringkali diiringi adanya ketupat (kupat) sebagai akronim ngaKU lePAT (mengakui kesalahan) melalui Kelakuan Empat.
Pertama, Lebaran. Situasi di mana Ramadhan sdh lebar (selesai), dan disambut dg hari idul fitri yg hrus drayakn sampai Allah sndri mengharamkan utk puasa pd hari trsebut.
Kedua, Luberan. Bulan pasca Ramadhan adalah hari-hari meluberkan (melimpahkan) rizqi untuk brsedekah dan brbagi dg ssama, kerabat, fakir miskin, dll.
Ketiga, Leburan. Masa berakhirnya Ramadhan adalah masa kemenangan krn Allah sdh melebur (menghapus) dosa-dosa hambaNya. Oleh karenanya, bulan Syawal gantian saling menghapus dosa sesama manusia.
Keempat, Laburan. Situasi bersihnya diri setelah terampuni dosa kmudian dilanjutkan dengan melabur (mewarnai putih), yaitu laku menghias diri dengan sikap-sikap yang positif.
Posisi keempat laku demikian berimplikasi pd kebaikan dan kesucian lahir dan kesucian batin, fitri. Hal itu tersimbolkan dengan membelah ketupat yang isinya putih bersih bagai hati para muslim yang memenangkan Ramadhan. Pada hari ketujuh Syawal itulah di beberapa daerah merayakan Lebaran Ketupat untuk menandai kesucian lahir batin dg saling berkumpul, makan bareng, dan saling memaafkan. Inilah kearifan lokal ulama Nusantara, tidak berdebat mncari dalil tetapi mengemas substansi agama agar lebih nyata dan diamalkan secara mudah.
Pada kesempatan itu, tentu akan banyak yg mngajukan maaf lahir dan batin. Terlebih tidak dpt berkumpul bersama dlm halal bi halal, reunian, maupun momentum lebaran lain karena adanya larangan cuti lebaran. Oleh karena itulah, penulis mngajukan permohonan maaf dg sepenuh hati secara lahir dan batin dlm kesucian di idul fitri.. Salam hormat n maaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya