Home

Jumat, 19 Agustus 2016

Renungan Bom Madinah

Tragedi Generasi Ibnu Muljam
Di kala mnjelang sahur di prbatasan Tegal-Pemalang dalam prjalanan mudik menuju Jepara, terkagetkan info bahwa terjadi bom di lingkungan Masjid Nabawi, Madinah. Tempat di mana Rasulullah, manusia terbaik dan termulia dimakamkan.
Selintas terbayang, kisah pembunuhan yg terjadi pada sahabat Ali bin Abi Thalib, juga terjadi pada Ramadhan tahun ke-40 hijriyah. Trio Attamimy, adalah pelaku utamanya.
Abdurrahman bin Muljam Almuradi Attamimi, Burak bin Abdullah Attamimi, dan Amr bin Bukair Attamimi. Ketigany merencanakn pmbunuhan trhadap tiga sahabat mulia, Ali, Muawiyah, Amr bin Ash. Skenario dlancarkan pasca damai perang shiffin, dimana trio Attamimi mnganggap ketiga sahabat dan pengikutny telah kafir karena menggunakan hukum damai tidak sesuai dengan hukum Allah. "Barangsiapa berhukum selain hukum Allah maka mereka adalah kafir (surat Al-Maidah)".
Inilah ayat favorit kaum takfiri, baik zaman awal Islam di masa Nabi sampai sekarang. Tercatat di masa Nabi ketika sedang membagikan harta rampasan perang, datang seorang laki-laki dengan kedua dahi menonjol, berjenggot lebat, berkepala gundul botak, sarung tergulung cingkrang, menyeru pada Nabi karena dianggap pembagian rampasan dari Yaman itu tidak adil.
"Berlaku adillah dan takutlah pada Allah wahai Rasulullah"
Maka Rasulullah menjawab: "Celakalah, bukankah aku orang yang paling adil dan paling takut pada Allah".
Geregetanlah sahabat Khalid bin Walid, sehingga minta ijin untuk memenggal kepala orang itu yang bernama Dzul-Khuwaishirah Attamimi. Tapi Nabi melarang, yang disertai sabda Nabi bahwa akan ada keturunan dari kelompok ini yang pandai membaca Al-Qur'an tapi tidak sampai ke tenggorokannya (tidak memahaminya), yang keluar dari Islam seperti anak panah yang melesat dari busurnya.
Teringat pada dialog Ibnu Abbas dengan kelompok Khawarij pada masa sekitar Perang Nahrawan antara pasukan Ali dengan pasukan khawarij. "Mengapa kalian tidak patuh pada Ali?"
Jawab kaum khawarij: "ada 3 alasan. Pertama, Ali, Muawiyah, Amr bin Ash telah kafir karena berhukum damai dengan hukum selain Qur'an. Kedua, Ali tidak menjadikan musuhnya dalam Perang Shiffin sebagai tawanan dan hartanya sebagai rampasan. Ketiga, Ali tidak menggunakan istilah Amirul Mukminin sehingga itu berarti Amirul Kafirin".
Dijawablah oleh Ibnu Abbas.
Pertama, dalam Al-Qur'an bukankah dijelaskan bahwa ketika suami istri bertikai maka untuk damai dapat dikomunikasikan antar keluarga, tentunya itu tergantung para pihak bukan di dalam Qur'an. Demikian damai dalam jual beli, damai dalam pembunuhan, dan lainnya.
Kedua, Semua istri nabi adalah ibu dari seluruh muslim, dan tidak halal bagi siapapun. Dan Aisyah adalah lawan Ali dalam perang Shiffin, maka tidak mungkin dihalalkan sebagai tawanan karena kehormatan istri Nabi adalah mutlak dijaga.
Ketiga, dalam perjanjian hudaibiyah, tidak segan-segan Rasulullah menulis bahwa perjanjian itu antara Muhammad bin Abdullah dengan Abu Sufyan. Maka tidak masalah ketika orang kafir Quraisy meminta menghapus Muhammad Rasulullah menjadi Muhammad bin Abdullah.
Kini, peristiwa sekitar 1.400 tahun yang lalu terulang. Pengkafiran dengan pemboman berlangsung dalam sepekan. Bandara Turki dibom pada akhir Juni, dengan korban tewas sekitar 45 orang dan cedera lebih dari 240-an orang. Menyusul kemudian di Dhaka Bangladesh, korban ratusan tewas dalam perayaan Ramadhan. Dan kini, Arab Saudi diguncang di Madinah, Jeddah, dan Qatif. Pelakunya sama ciri fisik, dan tentunya sama ideologis sesuai gambaran kisah yang dialami oleh Rasulullah dan Sahabat Ali karomallahu wajha..
Dalam kondisi tersebut, bahaya terbesar bagi warga Indonesia adalah teror kemacetan mudik yang tidak terurai. Bukan soal macetnya yang berbahaya, tapi kalau ada yang berfatwa mudik adalah bid'ah yang tidak diajarkan Nabi. Lebih baik iktikaf dan berbuka dengan korma, daripada mudik mengejar opor ayam. Mudik adalah jihad akbar. Menahan hawa nafsu, yang Allah sendiri membolehkan untuk tidak puasa.
Jalan Mudik Pemalang, 5 Juli 2016, pukul 08:18 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya