Mari Makmurkan Masjid dengan Sholat Berjamaah di Masjid

Rabu, 23 Maret 2016

Tafsir Jalalain Surat Ali Imran Ayat 21-30

Masjid Al-Muhajirin Tjitra Mas Residence, 6 Maret 2016. Oleh Ustadz Muh. Khamdan, MA.Hum
Setengah orang suka memakai fikirannya dan dapat diajak berunding. Mereka dapat mengerti kalau dikatakan bahwa hakikat agama ialah menyerah diri kepada Allah, yang kelaknya berarti tunduk kepada perintah Allah, mengerjakan yang disuruh dan menghentikan yang dilarang. Tetapi setengah orang lagi, dernikian tebal pengaruh hawa nafsunya, sehingga ajakan yang dilakukan secara lemah-lembut tidak berfaedah, malahan bertambah diajak mereka bertambah benci. Untuk golongan begini berkatalah lanjutan ayat: إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
(21) Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih.
Sebagai yang kerapkali telah dilakukan oleb orang Yahudi kepada Nabi-nahi mereka sendiri. Berpuluh Nabi-nabi yang tidak mereka senangi mereka bunuh. Dan telah mereka bunuh pula Nabi Zakaria dan puteranya Nabi Yahya, bahkan mereka coba pula hendak menarik tangan pihak penguasa supaya Nabi Isa Almasih pun dibunuh, tetapi Isa Almasih dipelihara oleh Allah.
Meskipun orang Yahudi yang hidup di zaman Rasulullah s.a.w. hanya keturunan yang kesekian dari nenek-moyang mereka, yang membunuh Nabi-nabi itu, namun sisa nafsu jahat itu masih ada pada mereka. Mereka telah kedapatan dua tiga kali membuat komplot hendak membunuh nabi Muhammad s.a.w. Oleh karena mereka tidak mempunyai pertahanan buat menolak seruan Nabi, sedang nafsu mereka penuh kebencian, tidak lain bagi mereka hanyalah membunuh.
Itu sebabnya maka dikatakan membunuh dengan tidak benar. Artinya nabi-nabi itu tidak bersalah sehingga pembunahan itu tidak patut. Mereka menyangka bahwa dengan cara demikian akan tercapailah penyelesaian, sebab telah tersingkir orang yang mereka anggap hendak merubah-rubah pusaka kepercayaan mereka.
أُولَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
(22) Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong. Dalam dunia segala amal mereka percuma, gagal dan gugur, bekasnya tidak akan ada. Kalau di dunia sudah tidak ada, niscaya di akhirat pun kosong, malahan azab siksalah yang akan mereka derita.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُدْعَوْنَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ وَهُمْ مُعْرِضُون
(22) Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran).
Menurut riwayat dari Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas, pada suatu ketika Rasulullah saw masuk ke rumah tempat 0rang Yahudi mempelajari agama mereka , mengajak mereka ke jalan Allah. Maka bertanyalah kepada beliau dua orang pemuka Yahudi yang ada di sana di waktu itu, yaitu an-Nu’man bih ‘Amr dan al-Haris bin Zaid: "Engkau datang membawa agama apa, ya Muhammad?" Lalu Nabi saw menjawab: "Aku datang dengan agama Ibrahim dan peraturan nya." Maka kedua penanya itu bertanya pula: "tetapi Ibrahim adalah Yahudi." Dengan tegas Nabi saw menyambut kata mereka itu: "Mari kita ambil Taurat, dia kita jadikan alat pemutus di antara kita dalam soal ini. Apa betulkah Yahudi agama Ibrahim atau Islam!" Tetapi kedua orang itu tidak mau.
Demikian salah satu riwayat tentang sebab-sebab turun ayat ini. Mungkin mereka menyangka, sebab Nabi kita s.a.w. memang tidak tahu menulis dan membaca, akan dapat saja beliau ditipu dan dikelabui dengan perkataan demikian; mengatakan Nabi Ibrahim orang Yahudi. Padahal nama Yahudi diambil dari Yahuda, anak dari cucu beliau Ya’kub. Dan Nabi Ibrahim telah meninggal seketika Yahuda lahir ke dunia. Akan mungkin di akal si nenek penganut agama yang memakai nama anak dari cucunya? Alias cicitnya? Tantangan Nabi Muhammad saw sangat jitu sekali.
Beliau disuruh bawa Taurat itu dan mari baca bersama-sama, di fasal dan di ayat berapa ada tersebut bahwa Nabi Ibrahim orang Yahudi? Maka si penanya yang berdua itu terpaksa berpaling bahkan membelakangi, karena takut akan diperhadabkan dengan kebenaran.
Demikian pula misalnya kalau terjadi pertukaran fikiran di antara seorang Muballigh Islam dengan seorang Misionaris Katholik atau Zending Protestan, yang bersungguh-sungguh mempropagandakan bahwa Nabi Isa adalah Tuhan pula di samping Allah, atau dia sendiri adalah Allah. Katanya hal itu dikatakan 0leh Nabi Isa sendin di dalam Injil.
Maka kalau diminta keterangan di Injil yang mana dan di fasalnya yang keberapa dan di ayatnya yang mana ada tersebut bahwa Nabi Isa sendiri mengakui dirinya sebagai Allah? Atau Tuhan Yang Maha Kuasa pula atas seluruh alam ini menyerupai Allah? Sebab ini mengenai pokok kepercayaan, niscaya ada wahyu yang tegas dari Nabi Isa sendiri.
Mereka tentu tidak akan dapat mengemukakannya, kecuali dengan mengemukakan penafsiran yang telah diputuskan kemudian oleh Majlis Pendeta, menurut yang diajarkan 0leh Paulus, seorang Yahudi yang membenci pengikut Nabi Isa, lalu setelah Nabi Isa meninggal dunia, dia memaklumkan dirinya telah jadi Kristen lalu mengeluarkan pelajaran yang jauh berbeda dari apa yang diajarkan Nabi Isa sendiri.
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
(24) Hal itu adalah karena mereka mengaku: "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung". Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan.
Ayat ini adalah lanjutan dari ayat yang sebelumnya tadi, dua orang pemuka Yahudi berani mengatakan Nabi Ibrahim adalah orang Yahudi, tetapi seketika diajak kembali mcngambil keputusan dan mcncari keterangan itu dalam Taurat sendiri mereka tidak mau. Bahkan mereka berpaling, membelakang. Membuktikan bahwa mereka telah berdusta besar.
Mengapa mereka berani berdusta sebesar itu? Ialah karena ada kepercayaan pada mereka; kita orang Yahudi ini meskipun berdusta sedikit untuk mempertahankan diri, tidaklah mengapa. Sebab kalau kita masuk neraka, asal kita terang orang Yahudi hanya sebentar saja kita di dalam, kitapun segera dikeluarkan. Sebab orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang utama di sisi Allah, bukan seperti bangsa-bangsa dan suku-suku yang lain, sebab mereka hina di bawah kita, sedang kita adalah "kaum pilihan Allah."
فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ
(25) Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan).
Sedang hari itu pasti datang, lebih lama hidup artinya lebih mempastikan bahwa pintu gerbang maut untuk menemui hari itu sudah bertambah dekat, kelamaan hidup hanyalah menunda kekalahan.
Yang akan disempurnakan itu ialah ganjaran, setimpal dengan amal yang diusahakan. Baik diganjari dengan baik , jahat diganjari dengan jahat, atau ditimbang dengan sangat halus mana yang lebih berat , yang baikkah atau yang jahat ?
Pastilah tiap-tiap orang menerima ganjarannya dengan setimpal . Sebentarkah atau lamakah , atau kekalkah dalam neraka ; atau langsung masuk ke syurga . Bukan karena nama agama yang dianut , atau karena dipusakai dari orang tua , melainkan karena amal yang diperbuat . Aniaya tidak akan berlaku dikala itu , sebab Tuhan Allah tidak berkepentingan untuk dirinya sendiri dengan menganiaya .
Dan kalau semata-mata seseorang menyebut dirinya Yahudi atau Nasrani apatah lagi mamakai nama Islam , padahal amal tidak ada , iman tidak ada , jiwa kosong dari persediaan , kalau mereka tidak di siksa karena bersalah dan tidak diberi karunia syurga karna beramal baik , tersebab dihanya memakai suatu nama, meskipun kosong , tidaklah adil Tuhan Allah .
Mustahil Tuhan Allah tidak Adil , dan mustahil Tuhan Allah aniaya
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(26) Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
(27) Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”.
Dikeluarkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Qatadah, katanya,
"Orang- orang mengatakan kepada kami bahwa Rasulullah saw. memohon kepada Tuhan agar menundukkan kerajaan Romawi dan Persi ke dalam kekuasaan umatnya, maka Allah pun menurunkan, 'Katakanlah! Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan...sampai akhir ayat.'"
(Q.S. Ali Imran 26)
Kemudian dilanjutkan kepada ayat berikutnya sebagai berikut: Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".
لا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
(28) Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).
Ini adalah larangan Allah dan peringatan bagi kaum mukminin agar tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai wali-wali (pemimpin-pemimpin) mereka selain kaum mukminin. Karena kaum mukminin itu sebagian mereka adalah wali bagi sebagian lainnya. Dan Allah adalah wali bagi mereka. (وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ) ”Barang-siapa berbuat demikian” menjadikan orang-orang kafir sebagai pemim-pin, (فَلَيْسَ مِنَ اللهِ فِي شَيْءٍ) “niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah” artinya, niscaya ia terlepas dari Allah dan Allah juga berlepas diri (bara’) darinya.
Ada dua riwayat mengenai sebab turunnya ayat ini, yakni sebagai berikut :
1. Dalam tafsir AtTabari (3/228) dikatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan Al-Hajjaj bin Amr, yang mempunyai teman orang-orang Yahudi yaitu Ka’ab bin Al-Asyraf, Ibnu Abi Haqiq dan Qais bin Zaid kemudian ada beberapa sahabat yang menasehatinya dan berkata :”Jauhilah mereka dan engkau harus berhati-hati karena mereka nanti akan memberi fitnah kepadamu tentang agama dan kamu akan tersesatkan dari jalan kebenaran.” Namun sahabat yang dinasehati mengabaikan nasehat ini, dan mereka masih tetap memberi sedekah kepada orang-orang Yahudi dan bersahabat dengan mereka, makakemudian turun ayat tersebut.
2. Sedangkan dalam tafsir Al-Qurthubi (4/58) disebutkan bahwa Ibnu Abbas a berkata bahwasanya ayat ini turun kepada Ubadah bin Shamit, bahwasanya beliau mempunyai beberapa sahabat orang Yahudi dan ketika Nabi n keluar bersama para sahabatnya untuk berperang (Ahzab) Ubadah berkata kepada Rasulullah “wahai Nabi Allah aku mambawa lima ratus orang Yahudi mereka akan kelur bersamaku dan akan ikut memerangi musuh.” Maka kemudian turunlah ayat tersebut.
قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui." Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; Ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.

Tidak ada komentar: