Mari Makmurkan Masjid dengan Sholat Berjamaah di Masjid
Rabu, 23 Maret 2016
Tafsir Jalalain Surat Ali-Imran Ayat 31-37
Masjid Al-Muhajirin Tjitra Mas Residence, 13 Maret 2016. Oleh Ustadz Muh. Khamdan, MA.Hum
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ {31} قُلْ أَطِيعُوا اللهَ وَالرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ {32}
“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan RasulNya; jika kamu berpaling, maka se-sungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Ali Imran: 31-32).
Ayat ini merupakan patokan di mana dengannya kita dapat membedakan orang yang mencintai Allah dengan sebenar-benarnya dan orang yang hanya sekedar mengaku-ngaku semata. Tanda-tanda kecintaan kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah, Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam, di mana Allah menjadikan tindakan mencontohi Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti segala yang diserukannya sebagai jalan kepada kecintaan kepadaNya dan keridhaanNya.
Oleh karena itu tidaklah akan diperoleh kecintaan Allah dan keridhaanNya serta pahalaNya kecuali dengan membenarkan apa yang dibawa oleh Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallamberupa al-Qur’an dan as-Sunnah, dan menaati perintah keduanya dan menjauhi larangan keduanya. Maka barang-siapa yang melakukan hal itu niscaya Allah akan mencintainya lalu membalasnya dengan balasan orang-orang yang dicintai, mengampuni dosa-dosanya dan menutupi aib-aibnya, sehingga seolah-olah dikatakan, “walaupun demikian, maka apakah sebenarnya hakikat mengikuti Rasul dan tata caranya?” Maka Allah menjawabnya dengan firmanNya, (قُلْ أَطِيعُوا اللهَ وَالرَّسُولَ)“Katakanlah,”Ta’atilah Allah dan RasulNya,” yaitu dengan menaati perintah dan menjauhi larangan serta mempercayai kabar, (فَإِنْ تَوَلَّوْ) “Jika kamu berpaling” dari hal itu, maka inilah kekufuran itu dan Allah, (لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ) ” Tidak menyukai orang-orang kafir”.
إِنَّ اللهَ اصْطَفَى ءَادَمَ وَنُوحًا وَءَالَ إِبْرَاهِيمَ وَءَالَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ {33} ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِن بَعْضٍ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ {34} إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَافِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ {35} فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَآأُنْثَى وَاللهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَاْلأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ {36} فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًا قَالَ ياَمَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ {37}
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing) (33)(sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (34)(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata:”Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (35)Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata:”Ya Rabbku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk”. (36) Maka Rabbnya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata:”Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini” Maryam menjawab:”Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (QS Ali Imran: 33-37)
Ketika orang-orang nasrani utusan suku Najran mengklaim akan ketuhan Isa ‘alaihi sallam dan ketuhan ibundanya maka Allah ta’ala menurunkan ayat ini, yang mana Allah ta’ala menjelaskan padanya tentang permulaan perkara Isa ‘alaihi sallam dan ibundanya serta hakikat perkara keduanya, maka bersamaan dengan itu Allah mengkabarkan bahwa Allah ta’ala memilih Adam dan Nuh ‘alaihima sallam dan juga keluarga Ibrahim dan keluarga Imran untuk mengemban agamaNya dan beribadah kepadaNya, maka kemudian Allah ta’ala mengutamakan mereka dengan hal itu dari kebanyakan manusia, dan Allah ta’ala mengkabarkan bahwa mereka adalah keluarga, yang tidak berbeda dalam keyakinan. Tidak ada perbedaan pada keutamaan dan kesempurnaan spiritual kerohanian mereka, itu semua karena penjagaan Allah ta’ala kepada mereka dan pertolonganNya.
Allah ta’ala mengkabarkan bahwa ia maha mendengar lagi maha mengetahui, ini diketahui dari perkataan istrinya Imran yang mana Allah ta’ala mengetahui tentang kondisinya, dia mengatakan dalam perkataannya: (….رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَافِي بَطْنِي مُحَرَّرًا: ” ketika isteri ‘Imran berkata:”Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat”. Itu karena dia tidak bisa melahirkan seorang anak, kemudian ia melihat di perkarangan rumahnya seekor burung yang memberi makan anak-anaknya, maka ia pun merindukan seorang anak, akhirnya ia meminta kepada tuhannya yaitu Allah ta’ala agar ia merezekikannya seorang anak, yang mana anak itu akan beribadah dan mengabdikan diri kepada Allah ta’ala di Baitul Maqdis, maka Allah mengabulkan permintaannya yang kemudian ia hamil, ketika ia hamil suaminya wafat, yang mana ia berkata seperti yang Allah ta’ala ceritakan tentang perkataannya:
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَافِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Ketika isteri ‘Imran berkata:”Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Waktu pun berlalu, hingga datanglah waktu ia akan melahirkan, maka iapun melahirkan, namun ia melahirkan seorang anak perempuan bukan laki-laki, disebabkan itulah ia merasa merugi dengan hal itu, yang kemudian ia berkata:
قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَآأُنْثَى وَاللهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ
Artinya:
“Diapun berkata:”Ya Rabbku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu “
Bagaimana Allah ta’ala tidak mengetahui hal itu, karena Allah adalah pencipta yang maha mengetahui. Setelah itu ia mengatakan:
وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَاْلأُنْثَى
Artinya:
Dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan
Yaitu dalam hal Mengabdikan diri di Baitul Maqdis, dia (Maryam) menyayangkan sekali. Kemudian ia memberinya nama dengan Maryam yaitu seorang pelayan di Baitul Maqdis. Kemudian ia meminta kepada Allah agar ia menjaga anaknya dari gangguan syaithan, sehingga syaithan tidak dapat mendekatinya. Allah ta’ala pun menerimanya dengan penerimaan yang baik dan menjadikan pertubuhannya dengan pertumbuhan yang baik yang mana hal itu termasuk sesuatu yang langka tidak seperti anak-anak lainnya. Allah ta’ala menjadikan Zakariya pemeliharanya, maka ia dididik di rumah bibinya, hal itu karena Hanah dikala ia melahirkannya ia menaruh anaknya di sebuah kain, yang dengan itu ia mengirimkan anaknya tersebut kepada orang-orang shalih di kalangan Bani Israil dengan maksud agar salah seorang dari mereka yang dianggap pantas dan layak dalam pengasuhannya, dapat memberikan perlindungan untuknya di rumahnya, hal ini dikarenakan ibunya (Hanah) telah menadzarkannya untuk Allah ta’ala, maka tidak boleh anak tersebut tinggal di rumahnya, disamping itu ayahandanya juga meninggal.
Melihat hal itu maka setiap orang berkeinginan untuk memeliharanya. (Allah menjadikan) nabi Zakariya ‘alaihissalam yang memeliharanya, maka ia pun berada di rumah bibinya (Istri Nabi Zakariya) dengan pendidikan yang bersumber dari Allah ta’ala. ketika Maryam besar, maka Zakariya memasukannya ke Mihrab (tempat peribadahan yang berada di Baitul Makdis) agar dia beribadah di tempat itu. Nabi Zakariya ‘alaihissalam membawakan untuknya makan, setiap ia membawakan untuknya makanan ia mendapati padanya buah-buahan musim panas di musim dingin, dan buah-buahan musim dingin di musim panas, maka ia (Zakariya) merasa heran dengan hal itu, lalu ia bertanya kepadanya:
قَالَ ياَمَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا
Zakariya berkata:”Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini”
Maka ia menjawab:
قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللهِ
Maryam menjawab:”Makanan itu dari sisi Allah”
Kemudian ia mennjelaskan hal itu dengan perkataannya:
إِنَّ اللهَ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
Pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari ayat-ayat diatas adalah:
1. Allah menjelaskan bahwa keutamaannya dan nikmatnya diberikan kepada siapa yang ia kehendaki.
2. Penjelasan bahwa Isa bin Maryam bukan anak Allah dan bukan Allah ta’aladan bukan juga satu dari tiga tuhan, akan tetapi ia adalah hamba Allah ta’ala dan rasulnya yang mana ibu beliau adalah Maryam dan nenek beliau adalah Hanah dan kakek beliau Imran, yang mana keluarga ini adalah salah satu keluarga mulia dikalangan Bani Israil.
3. Allah mengabulkan doa wali-walinya, seperti ia mengabulkan doa Hanah dengan merezekikannya seorang anak dan memberikan perlindungan kepadanya dari ganguan syaithan.
4. Disyariatkannya nadzar untuk Allah ta’ala yang mana nadzar tersebut adalah pengharusan yang dilakukan seorang mukmin kepada dirinya untuk melakukan ketaatan kepada Allahta’ala umtuk mendekatkan diri kepadanya.
5. Penjelasan bahwa laki-laki lebih utama dari pada wanita dalam hal melaksanakan amalan-amalan dan kewajiban-kewajiban.
6. Bolehnya seseorang hamba untuk bersedih dan menyayangkan sesuatu yang terlewatkan, jika sesuatu itu berupa kebaikan yang sangat ia inginkan.
7. Penetapan adanya karamat pada wali Allah ta’ala yang mana terjadi di tempat peribadahannya.
8. Penetapan akan kenabian Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam, yang kisah seperti iini tidak akan datang dari seorang yang buta huruf, maka ini tidak bahwa beliau adalah seorang Rasul yang diberi wahyu, maka oleh sebab itu ayat ini ditutup dengan firmanNya:
ذَلِكَ مِنْ أَنبَآءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ
Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar