Mari Makmurkan Masjid dengan Sholat Berjamaah di Masjid

Senin, 27 Juni 2016

Qadiran

Pengajian Ba'da Subuh 16 Ramadhan 1437 H
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ قَادِرًا وَضِدُّهُ كَوْنُـهُ عَاجِزًا وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ دَلِيْلُ الْقُدْرَةِ
Dan wajib dalam haq Allah Ta’ala sifat kaunuhu Qadiran (كونه قادرا) yang berarti adanya Allah berkuasa. Lawannya adalah sifat kaunuhu ‘Ajizan (كونه عاجزا) yang berarti Allah lemah. Dan dalil atas sifat Qadiran yaitu dalil sifat Qudrat.
Penjelasan:
Sifat Qadiran sesungguhnya sebagai perwujudan dari kekuasaan Allah, baik akan terwujud atau tidak terwujud. Allah berkuasa atas semua makhluk-Nya, baik untuk menciptakan dan menghancurkan. Kekuasaan Allah swt. tidak terbatas. Kekuasaan Allah tidak sama dengan kekuasaan makhluk-Nya, misalnya manusia. Jika manusia menjadi raja maka kekuasaannya hanya sebatas wilayahnya, sedangkan Allah berkuasa atas semuanya.
Hal demikian sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 26-27:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكِ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرُُ تُولِجُ الَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي الَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَن تَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Katakanlah, ‘Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki, Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala se-suatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (Ali Imran: 26-27).
Nabi berjuang bukan untuk mencapai kekuasaan atau mencapai jabatan tertinggi sebagai kepala negara, tetapi untuk kebesaran agama dan tegaknya syiar Allah. Secara alamiah maka terbentuklah komunitas masyarakat kota yang dinamai Madinah. Model masyarakat madani berkembang pesat sehingga Kaisar Persia merasa terancam atas eksistensi komunitas muslim tersebut, dan kemudian memerintahkan untuk menangkap Nabi Muhammad yang dianggap telah mengacaukan kemapanan masyarakat Arab.
Oleh karena itulah para sahabat meminta kepada Rasulullah untuk menaklukkan Kekaisaran Persia dan Romawi. Pada masa itu, Romawi dan Persia merupakan dinasti yang sangat luar biasa kuat dan maju dalam berbagai bidang. Dalam Tafsir Al-Maraghy disebutkan bahwa orang-orang Yahudi dan Munafik menertawakan keinginan umat Muslim yang ingin mengalahkan dua kekuatan digdaya di masa itu, Persia dan Romawi. Peristiwa inilah yang menjadikan turunnya Surat Ali Imran ayat 26-27, bahwa tidak ada yang tidak mungkin terwujud ketika Allah sudah menghendaki.
Faidah:
Rasulullah pernah menyapa sahabat Muadz bin Jabal sesudah selesai sholat Dzuhur berjamaah.
“Aku tidak melihat kamu di masjid semalam?”
Lalu sahabat Muadz menjawab, “Maafkan aku Rasulullah, aku semalam tidak berjamaah. Ketika aku dalam perjalanan ke masjid aku bertemu dengan seorang Yahudi dan aku dikurung dirumahnya sehingga tidak bisa keluar”.
“Kenapa?”, tanya Rasulullah.
“Karena aku berhutang banyak kepada mereka, sehingga aku merayu dan berjanji akan segera melunasi kalau sudah ada uang”, jawab sahabat Muadz bin Jabal.
Kemudian Rasulullah tersenyum dan menepuk bahu sahabat Muadz. “Aku akan mengajarkan kamu 2 ayat ini. Jika kamu mau mengamalkannya, maka Allah akan meluaskan rizqimu agar kamu dapat melunasi hutang walaupun sebesar gunung”.
“Mau ya Rasulallah”, jawab Muadz
Maka Rasulullah mengajarkan kedua potongan ayat Al-Qur’an, yaitu Surat Ali Imran ayat 26-27 kepada sahabat Muadz bin Jabal.
TMR Kalisuren, 21 Juni 2016, Pukul 05:10 – 05:50 WIB
Kitab Tijan Durori, Fasal Sifat Kaunuhu Qadiran

Tidak ada komentar: