Mari Makmurkan Masjid dengan Sholat Berjamaah di Masjid

Senin, 27 Juni 2016

Hayat, Sama', Bashar

Pengajian Ba'da Subuh 13-15 Ramadhan 1437 H
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى الْحَيـاةُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالى تَصُحِّحُ لَهُ أَنْ يَتَّصِفَ بِالْعِلْمِ وَغَيْرِهِ مِنَ الصِّفَـاتِ وَضِدُّهَـا الْمَوْتُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ مَيْـتًا لَمْ يَكُنْ قَادِرًا وَلاَ مُرِيْدًا وَلاَ عَالِمًـا وَهُوَ مُحَالٌ. وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى السَّمِيْـعُ وَالْبَصِيْرُ وَهُمَا صِفَتَانِ قَدِيْمَتَانِ قَائِمَتَانِ بِذَاتِهِ تَعَالى يَنْكَشِفُ بِهِمَا الْمَوْجُودُ وَضِدُّهَمَا الصَّمَمُ والْعُمْيُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ قَوْلُهُ تَعَالى وَهُوَ السَّمِيْعُ وَالبَصِيْرُ
Dan wajib bagi Allah bersifat hayat yang berarti hidup, yaitu sifat terdahulu yang menguatkan Dzat Allah yang membenarkan kepada Allah atas adanya sifat almu dan sifat-sifat lainnya. Lawannya adalah Allah itu mati, maka tidaklah Allah sebagai dzat yang berkuasa, tidak berkehendak, dan tidak pula berilmu. Kesemuanya itu adalah kemustahilan.
Dan wajib bagi Allah sifat Sama’ (mendengar) dan Bashor (melihat). Yaitu dua sifat terdahulu yang keduanya menetap pada Dzat Allah yang dengannya tersingkap perwujudan. Lawannya adalah sifat Shommun (الصمم) yang berarti tuli, dan sifat ‘Umyun (العمي) yang berarti buta. Dan dalil atas kedua sifat tersebut adalah firman Allah "وهو السميع البصير"
Penjelasan:
Sifat Hayat Allah sangat menentukan keberadaan sifat-sifat yang lain, sebagaimana sama’ dan bashar. Tanpa sifat hayat maka sifat-sifat yang lain tidak berarti sama sekali. Hal demikian sebagaimana Allah maha melihat karena adanya sifat bashar, yang makna hakikatnya adalah melihatnya mata manusia adalah sebagai bukti adanya penglihatan. Demikian juga sifat sama’, mendengarnya manusia sesungguhnya bukti bahwa Allah maha mendengar.
Faidah:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Fatimah (puterinya), “Apa yang menghalangimu untuk mendengar wasiatku atau yang kuingatkan padamu setiap pagi dan petang yaitu ucapkanlah:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
“Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits [artinya: Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu]. Dari Anas Ra., bahwa jika ada sesuatu yang membuat Nabi Saw. bersedih, beliau membaca, Ya hayyu ya qayyum birahmatika astaghiits. “Wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Sunni)
Cerita dari Habib Saggaf bin Mahdi, Parung tentang karomah Mbah Kholil Bangkalan ketika belajar di Makkah berguru dengan syeikh Abdul Ghani Al-Bimawy, selalu mengamalkan lafadz dzikir “Ya Hayyu Ya Qayum, La Ilaha Illa Anta” sebanyak 40 kali sebelum sholat subuh.
Setiap Mbah Kholil muda meminta kepada sang guru Syech Abdul Ghoni bin Shubuh bin Ismail Al Bimawy (Bima, Sumbawa) seraya berkata "Ya Tuan guru, saya ingin pulang"
“Pulang ke mana?”, tanya sang guru
“Ke Madura”, Jawab Mbah Kholil
Guru menyahut, Trus, ke sini mu kapan ?
"Besok" jawab Kyai Kholil
Seketika itu Syech Abdul Ghoni menjewer telinga kholil muda, dan saat itu pula beliau sampai di Madura.
Besok paginya, Kyai Kholil mengajak 5 tetangganya untuk ke Makkah seraya naik perahu sampan..
“Lho apa bisa?” tanya para tetangga yang ikut..
Kyai Kholil menjawab "Bisa atas izin Allah, Yuk mari kita bersama selalu membaca Ya Hayyu Ya Qoyyum, La Ilaha Illa Anta"
Karena orang Madura saat itu masih banyak yang belum bisa baca Arab hanya berkata Kayum-kayyum.. akhirnya dapat sampai Makkah pagi itu juga
Hal ini terjadi berkali-kali sehingga menjadikan orang Madura banyak yang sampai ke Makkah dengan bersama karamat wali
TMR Kalisuren, 18-20 Juni 2016. Pukul 05:10 – 06:00 WIB
Kitab Tijan Durori, Fasal Sifat Hayat, Sama', Bashar

Tidak ada komentar: