Mari Makmurkan Masjid dengan Sholat Berjamaah di Masjid

Jumat, 17 Juni 2016

Iradat

Pengajian Ba'da Subuh 11 Ramadhan 1437 H
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى اَلإِرَادَةُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالى يُخَصِّصُ بِهَـا الْمُمْكِنَ بِالْوُجُودِ أَوْ بِالْعَدَمِ أَوْ بِالْغَـنِيِّ أَوْ بِالْفَقْـرِ أَوْ بِالْعِـلْمِ أَوْ بِالْجَهْلِ اِلى غَيْرِ ذلِكَ وَضِدُّهَـا الْكَرَاهَةُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ كَارَهًا لَكَانَ عَاجِزًا وَ كَوْنُـهُ عَاجِزًا مُحَالٌ
Dan wajib dalam haqnya Allah, yaitu sifat Iradat (Berkehendak). Sifat ini merupakan salah satu sifat yang qadim yang menetap dalam Dzatnya Allah yang menentukan segala sesuatu mungkin terjadi atau tidak terjadi, keadaan kaya atau miskin, berilmu atau bodoh atau keadaan lainnya. Lawan dari sifat iradat adalah Karahah (terpaksa), dan dalil atas itu adalah jika Allah terpaksa maka Allah lemah dan keberadaan Allah yang lemah merupakan suatu kemustahilan. Penjelasan:
Kehendak Allah adalah ketentuan Allah atas sesuatu baik waktu, tempat, atau sebagainya untuk diwujudkan atau ditiadakan. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 185:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
(Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu).
Kejadian apapun yang terjadi di dunia ini adalah adalah sesuai Iradat atau kemauan Allah. Seseorang yang pintar karena sekolah, atau yang bodoh meski rajin sekolah adalah kemauan Allah. Demikian juga siapapun yang masuk surga dan masuk neraka adalah kemauan Allah.
Kisah Ibn Hajar Al-Asqolani
Beliau seorang yatim, Ayahnya meninggal pada saat beliau masih berumur 4 tahun dan ibunya meninggal ketika beliau masih balita. Di bawah asuhan kakak kandungnya, beliau tumbuh menjadi remaja yang rajin, pekerja keras dan sangat berhati-hati dalam menjalani kehidupannya serta memiliki kemandirian yang tinggi. Beliau dilahirkan pada tanggal 22 Sya’ban tahun 773 Hijriyah di pinggiran sungai Nil di Mesir bernama Asqolan.
Saat masih belajar di sebuah madrasah, ia terkenal sebagai murid yang rajin, namun juga dikenal sebagai murid yang bodoh, selalu tertinggal jauh dari teman-temannya. Bahkan sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah di ajarkan oleh gurunya, sehingga membuatnya patah semangat dan frustasi. Beliau memutuskan pulang meninggalkan madrasahnya. Di tengah perjalanan pulang, dalam kegundahan hatinya meninggalkan sekolahnya, hujan pun turun dengan sangat lebatnya, mamaksa dirinya untuk berteduh di dalam sebuah gua. Ketika di dalam gua tertujulah pada sebuah tetesan air yang menetes sedikit demi sedikit jatuh melubangi sebuah batu, ia pun terkejut. Maka bergumamlah dalam hati, sungguh sebuah keajaiban.
Melihat kejadian itu beliaupun merenung, bagaimana mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan setetes air. Ia terus mengamati tetesan air itu dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa batu itu berlubang karena tetesan air yang terus menerus. Dari peristiwa itu, seketika ia tersadar bahwa betapapun kerasnya sesuatu jika ia di asah trus menerus maka ia akan manjadi lunak. Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin dan sabar.
Sejak saat itu semangatnya pun kembali tumbuh lalu beliau kembali ke sekolahnya dan menemui Gurunya dan menceritakan pristiwa yang baru saja ia alami. Melihat semangat tinggi yang terpancar di jiwa beliau, gurunya pun berkenan menerimanya kembali untuk menjadi murid disekolah itu. Sejak saat itu perubahan pun terjadi dalam diri Ibnu Hajar. Beliau manjadi murid yang tercerdas dan melampaui teman-temannya yang telah menjadi para Ulama besar dan ia pun tumbuh menjadi ulama tersohor dan memiliki banyak karangan dalam kitab-kitab yang terkenal di jaman ini.
Di antara karya beliau yang terkenal ialah: Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari, Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, al Ishabah fi Tamyizish Shahabah, Tahdzibut Tahdzib, ad Durarul Kaminah, Taghliqut Ta’liq, Inbaul Ghumr bi Anbail Umr dan lain-lain. Sebagian peneliti pada zaman ini menghitungnya sampai 282 kitab. Kebanyakan berkaitan dengan pembahasan hadits, secara riwayat dan dirayat (kajian).
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia sendirilah yang mengubah keadaan mereka sendiri” ( QS. Ar Rad : 11 ).
Dalam pendekatan dalil Iradat dan kisah Ibn Hajar Al-Asqolani, sesungguhnya kehendak Allah yang berupa takdir dikategorikan menjadi 2, yaitu:
Pertama, Takdir Mubrom, berupa takdir "sunnatullah" yang tidak dapat dirubah, seperti matahari terbit dari timur, peredaran bumi, peredaran bulan, maupun tentang kematian dan kelahiran.
Kedua, Takdir Mu'allaq, berupa takdir yang dapat berubah sesuai dengan hubungan ikhtiar hamba. Ikhtiar adalah cara pandang syari'at, sedangkan takdir adalah wilayah hakikat.
"Sehebat-hebat himmah dan tekad kita, tidak akan dapat merobohkan takdir Allah. Oleh karena itulah adanya The Power of DOA"
TMR Kalisuren, 16 Juni 2016, Pukul 05:10-06:40 WIB
Kitab Tijan Durori, fasal Sifat Iradat

Tidak ada komentar: