Mari Makmurkan Masjid dengan Sholat Berjamaah di Masjid

Jumat, 17 Juni 2016

Wahdaniyyah (1)

Sifat Wajib Wahdaniyah َ
جِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى اَلْوَحْدَنِيَّـةُ فِى الذَّاتِ وَفِى الصِّفَاتِ وَفِى الأَفْعَالِ وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَـةِ فِى الذَّاتِ أَنَّهَا لَيْسَتْ مَرَكَّبَةً مِنْ أَجْزَاءٍ مُتَعَدِدَةٍ وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَـةِ فِى الصِّفَاتِ أَنَّـهُ لَيْسَ لَهُ صِفَتَانِ فَأَكْثَرَ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ كَقُدْرَتَيْنِ وَهَكَذَا وَلَيْسَ لِغَيْرِهِ صِفَةٌ تُشَابِهُ صِفَتَهُ تَعَالى وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَـةِ فِى الأَفْعَالِ أَنَّـهُ لَيْسَ لِغَيْرِهِ فِعْـلٌ مِنَ الأَفْعَالِ وَضِدُّهَا التَّعَدُّدُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ مُتَعَـدِّدًا لَمْ يُوجَـدْ شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ الْمَخْلُوقَاتِ
Wajib dalam haqnya AllAh yaitu siFat wahdaniyat (tunggal), di dalam dzatnya dan sifatnya serta perbuatannya (penciptaanya). Adapun makna wahdaniyat dalam dzatNya adalah Allah tidak tersusun dari berbagai bagian yang berbilang. Adapun makna wahdaniyat dalam sifatNya adalah tidak adanya pada Allah dua sifat atau lebih yang menyamai dengan sifat-Nya. Adapun makna wahdaniyat dalam af’al (pekerjaanNya) adalah tidak adanya yang mempengaruhi apa yang dikehendaki Allah.
Lawan dari sifat wahdaniyyat adalah ta’addud (berbilang), yang merupakan kemustahilan bagi Allah.
Penjelasan.
Kata wahdaniyat secara bahasa yaitu "satu Allah", tapi yang dimaksud disini satu dalam artian tidak ada bilangannya, ia tidak terliputi oleh bilangan, satu bukan bagian dari yang banyak, seperti ada satu, ada dua, ada tiga dan seterusnya. Serta satunya itu bukan hasil merangkaikan dari bilangan bagian-bagian, seperti ada kata trimurtri yang menjadi satu dari hasil rangkaian sepertiga dari hitungan tiga bagian atau seperempat dari empat bagian.
Imam Nawawi Al-Bantany menjelaskan bahwa sifat wahdaniyat mencabut lima bilangan hal, yaitu:
1. Kam munfashil fi dzati, yang berarti tunggalnya Allah bukan bagian dari 2, 3, 4, 5, dan seterusnya
2. Kam muttashil fi dzati, yang berarti tunggalnya Allah bukan terdiri dari berbagai bagian, misal sepertiga dari bagian ketiga, atau seperempat dari bagian keempat.
3. Kam munfashil fi shifat, yang berarti sifatnya Allah berbeda dengan sifat-sifat di luar Allah, seperti berkuasa, berilmu, yang jelas berbeda antara kuasa dan ilmunya Allah dengan makhlukNya
4. Kam muttashil fi shifat, yang berarti sifatnya Allah hanya satu untuk Allah, yaitu qudrat, iradat, ilmu, dan hayat-Nya Allah hanya satu bukan dua, tiga, empat, dan seterusnya
5. Kam Munfashil fil af’al, yang berarti tindakan Allah tidak tergantung apapun dan terpisah dari tekanan atau pengaruh makhlukNya.
Dalam mengakidahi sifat wahdaniyyah, perlu memperhatikan empat prinsip dalam ibadah setiap harinya, yaitu:
1. La Maujudun Illallah (tidak ada yang terwujud / terjadi kecuali oleh Allah)
2. La Ma’budun Illallah (tidak ada yang disembah kecuali hanya Allah)
3. La Mathlubun Illallah (tidak ada yang dicari keridhoaan kecuali pada Allah)
4. La Maqshudun Illallah (tidak ada maksud perbuatan yang dilakukan kecuali pada Allah)
Kehendak Allah terhadap makhluknya, digolongkan pada 2 bentuk:
1. Af’al Mukhtar, yaitu kehendak yang terjadi dengan adanya sambungan sebab akibat dari makhluknya. Manusia untuk menjadi kaya maka dengan syarat rajin dan tekun bekerja. Seorang atlet supaya menjadi juara maka butuh latihan terus menerus dan tidak patah semangat. Seorang pelajar agar lulus ujian dengan baik maka harus belajar dan mencoba dengan berbagai latihan soal
2. Af’al Mudhtar, yaitu kehendak Allah yang tidak ada hubungan sama sekali dengan makhluknya. Misal Allah menciptakan langit, bumi, surga, neraka, siang, dan malam.
Kedua model kehendak Allah inilah yang kemudian juga memunculkan istilah khoriqul adah. Perbuatan atau kejadian yang terjadi di luar kebiasaan pada umumnya.
Irhas (calon nabi), Mukjizat (Nabi), Karomah (Wali), Ma'unah (Orang Sholeh), Istidraj (Orang Fasik), Sihir atau Ihana (Kafir Kemusyrikan) adalah bentuk-bentuk perbuatan yang di luar kebiasaan manusia pada umumnya berdasarkan tingkat pelaku. Pada aspek kehalalan maupun keharaman, perlu memperhatikan tindakan, maksud, dan tujuan, serta cara khoriqul adah itu terwujud. Wallahu a'lam
TMR Kalisuren, 11-13 Juni 2016, 05:15 - 06:00 WIB
Kitab Tijan Durori, fasal Sifat Wahdaniyat * Penjelasan lanjutan tentang khoriqul adah, session ke-2

Tidak ada komentar: