Dan ja’iz/ boleh (الجائز) dalam haq Allah Ta’ala melakukan setiap yang mungkin atau membiarkannya. Dalil atas ini yaitu sesungguhnya jikalau ada tuntutan mewajibkan atas Allah untuk melakukan sesuatu atau memaksa untuk tidak melakukan atau membiarkannya, maka itu mustahil. Penjelasan: Dalam Kajian Hakikat Tauhid dan Aqidah ini kita memahami bahwa sifat Jaiz pada Allah SWT terbagi atas empat kelompok atau empat bagian dengan namnya masing-masing yaitu: Pertama, Mungkin pada masa lalu (Wajadda wa’angqada). Mungkin pada masa lalu ini adalah seperti mungkin pada nenek moyang atau leluhur kita termasuk di dalamnya asal usul dan segala hal yang berhubungan dengannya. Dalam mungkin Wajadda wa’angqada ini pemahaman adalah bahwa sifat Qudrat dan Iradat Allah SWT memberi bekas pada setiap ciptaan-Nya.Taksyariyah namanya Kedua, Mungkin pada saat ini (Maujudad). Mungkin pada saat ini adalah seperti bumi dan langit dan segala isinya termasuk di dalamnya. Mungkin saja yang dikatakan alien itu ada dan mungkin saja tidak ada dan lain-lain. Dalam mungkin Maujudad ini pemahaman adalah bahwa sifat Qudrat dan Iradat Allah SWT berserta dengan dengan ciptaan-Nya dalam arti meliputi. Ma’iyah namanya. Ketiga, Mungkin pada masa datang (Sayujad). Mungkin pada masa yang akan datang seperti adanya anak-anak cucu serta keturunan manusia. Dalam mungkin Sayujad ini pemahaman pada segala sesuatu yang akan datang itu merupakan penetapan dan hukum atau sebab dari Qudrat dan Iradat Allah SWT. Khukmiyah namanya. Keempat, Mungkin dalam Ilmu Allah SWT (‘Alimullahu annahu lam yujad). Mungkin dalam ilmu Allah berarti tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Jika Allah berkehendak dengan sebab atau tanpa sebab sesuai hukum syariat atau diterima akal atau tidak dapat diterima akal, sebagaimana Allah menciptakan manusia berkepala tujuh, atau menciptakan ular berkaki sembilan, atau memasukkan orang kafir ke dalam surga. Semua mungkin saja terjadi karena Allah adalah Zat Yang Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dalam mungkin ‘Alimullahu annahu lam yujad ini pada pemahaman bahwa Qudrat dan Iradat Allah sebagai penguasa atas kekuatan dan yang menguatkan ciptaannya. Qawiyah namanya. Sifat jaiz ini bukan hanya menegaskan tentang kekuasaan, namun mengajarkan bahwa Allah SWT bukanlah dzat yang bisa diperintah apalagi dipaksa oleh siapapun. Allah bukanlah sembahan yang dapat dipaksa atau diperintah-perintah. Sifat ja’iz juga menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang merdeka. Karena itu, Allah berhak dan memiliki kuasa penuh untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sifat jaiz Allah menegaskan bahwa Dia tidak terbantahkan, namun pula tidak sewenang-wenang. Alam berjalan sesuai dengan hukum-Nya meskipun Allah pun berkuasa untuk mengubahnya, atau tentu saja tidak mengubahnya. TMR Kalisuren, 23 Juni 2016, Pukul 05:10 – 05:50 WIB Kitab Tijan Durori fasal Sifat Jaiz Allah
Mari Makmurkan Masjid dengan Sholat Berjamaah di Masjid
Senin, 27 Juni 2016
Sifat Jaiz Allah
Pengajian Ba'da Subuh 18 Ramadhan 1437 H
وَالْجَـائِزُ فِى حَقِّهِ تَعَالى فِعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ أَوْتَرْكُهُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ وَجَبَ عَلَيْهَ سُبْحَانَ اللهُ وَتَعَالى فِعْلُ شَيْءٍ أَوْ تَرْكُهُ لَصَارَ الْجَائِزُ وَاجِبًـا أَوْ مُسْتَحِيْلاً وَهُوَ مُحِالٌ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar